Do Not Slander

 Pada suatu hari di sekolah Syainan, muncul beberapa gadis teman Syainan, ada tiga gadis berjalan mendekatinya, Syifa, Laura, dan Zaira, Syainan menyapa temannya, "Hai!" sambutnya girang, ketiga temannya ikut melambaikan tangan, "Hei, kalian tahu tidak?" kata Syainan "Sekarang ada anak baru di kelas kita!", "Masa? Aku malah gak seneng" kata Syifa, "Kenapa memangnya?" tanya Zaira, "Di kelas kita sudah banyak muridnya!" jawab Syifa manyun, "Heeh, hei kamu, Syifa, juga dikelas kita ada yang keluar kok!" kata Laura, "Eeh masa?" tanya Syifa tidak percaya, "Beneran! Si Salsa keluar dari kelas dan homeschooling" jelas Syainan, "He-cepat, cepat, dikit lagi si Pak Steve datang!" ucap Laura, Syainan, Laura, Syifa, dan Zaira berlari kearah kelas mereka yang ada ditingkat tiga dan kelas 5A. 

Lima menit setelah Syainan dan teman-temannya duduk dikelas dengan beberapa teman sekelasnya, datang Pak Steve yang langsung duduk ditempat khusus, "Sekarang kita akan datang seorang anak baru, silahkan masuk" suruh Pak Steve sambil mengangguk kearah pintu, datang seorang anak gadis berambut sebahu dengan kacamata bulat dimatanya, "Ha-ha--hai, namaku Areza" kata anak baru itu tergagap-gagap, "Kau boleh duduk disamping Syainan" kata Pak Steve, Syainan yang melihat Areza duduk disampingnya, mengangguk-angguk, setelah itu Pak Steve memulai pelajaran.

Saat waktu istirahat, Syainan mengajak ketiga temannya untuk jajan dikantin, saat didekat Zaira, wajahnya sedih, "Ar...Areza saat kuajak berkenalan dia membuang muka entah karena apa" jelasnya sedih, Zaira menepuk-nepuk pundak temannya itu sambil menghibur, Areza yang tidak mereka sadari menatap mereka sinis, saat Syainan dan teman-temannya hendak keluar mau kekantin, Areza berteriak marah, "He-tunggu aku!" teriaknya, Syainan hanya menghembuskan napas, dan berhenti berjalan sambil memberi kode kalau teman-temannya harus berhenti juga untuk menunggu Areza yang ingin ikut.

Saat sampai dikantin, mereka menemukan meja yang cukup untuk mereka duduki."Zaira, kau yang belikan kami makanannya ya!" perintah Syainan, "Ok. Mana uangnya?" tanya Zaira menurut, Laura, Syifa, dan Syainan memberi Zaira uang, setelah itu Zaira berlari.

Zaira sempat melihat Areza duduk seorang diri, Zaira kasihan melihatnya dan berjalan mendekati Areza, "Reza, kau boleh duduk ditempat meja kami" tawar Zaira ramah, Areza menatapnya "Baiklah..." katanya dan berjalan mendekati meja mereka.

"Ini dia! Sosis goreng, telur mie, dan milkshake! Ambil nih" kata Zaira, Areza tiba-tiba berdiri dan pergi dari meja itu, "Biarkan saja..." kata Syainan kesal, Zaira menatap Areza dari belakang, "Iya nih, bikin sebal aja!" kata Laura ikut sebal, tanpa disadari, Syifa sudah menghabiskan makanannya,  Syainan kaget dan tertawa, tak disadari Areza mengintip-ngintip dengan jengkel, "Enak sekali, aku saja belum punya teman sama sekali, lihat saja kau Syainan aku akan membuat temanmu tidak berteman denganmu lagi..." pikirnya dan berlari kearah kelas. Saat Syainan dan temannya kekelas mereka melihat Areza seperti mencari-cari sesuatu, Zaira menghampiri dan berkata dengan ramah "Kau sedang cari apa?" tanya Zaira sambil memegang pundak Areza, Areza menatapnya dan berpura-pura "Dompetku hilang" katanya sambil memasang muka sedih, "Siapa yang menghilangkannya?" tanya Zaira lagi "Aku yakin itu pasti ulah Syainan!" tuduh Areza marah, Zaira tertegun dan memandang Syainan yang terkejut, "Apa benar, Syainan?" tanyanya, "Nggak kok!" kata Syainan, "Bukannya tadi Syainan sempat pergi dari meja kalian sebentar bukan? Mungkin dia menyembunyikan dompetku!" kata Areza marah, Syainan mundur lima langkah, "Beneran!" kata Syainan meyakinkan teman-temannya, "Jangan mefitnah orang, Reza" kata Syifa dan menghampiri Syainan, "Aku tidak mefitnah kok!" seru Areza, sebelum Syainan menjawab bel berbunyi tanda waktu istirahat sudah habis.

Syainan kembali duduk ditempatnya semeja dengan Areza, saat pelajaran dibagi-bagi, Syainan mengerjakan itu dengan satu tangan dipipinya, Areza tampak kesusahan, tak lama Syainan bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Pak Steve sambil menyodorkan kertas pelajarannya, Areza melirik Syainan dengan iri.

Bel kembali berbunyi tanda waktu pulang, setelah itu beberapa murid keluar dari kelas dan menuruni tangga termasuk Pak Steve ikut keluar kelas, tersisa lima murid yaitu Syainan, Zaira, Laura, Syifa, dan Areza, "Kalau tidak percaya coba aja cek tas Syainan atau tempat milik Syainan!" kata Areza, Zaira meminta Syainan memberi tasnya untuk dicek, Laura ikut-ikutan, Syainan tiba-tiba kaget, dompet milik Areza ternyata ada ditas milik Syainan! "Tuh kan? Sudah kuduga pasti dia!" seru Areza, Areza merampas dompet dari tangan Laura yang ikut kaget, Areza berlari keluar kelas, "Syai, emangnya bener kamu curi dompet milik Areza?" tanya Syifa saat mereka sedang duduk-duduk ditaman sekolah, "Iya. Aku gak mencuri kok!" jawab Syainan tangannya menggaruk-garuk kepalanya "Aku juga yakin kalau si Areza cuma fitnah Syainan!" bisik Zaira, "Iya, lagipula si Syainan, kan, gak pernah buat seperti itu!" tambah Laura.

Keesokan harinya, tampak Syainan berjalan seorang diri, banyak anak yang sekolah disitu menjauh darinya sambil berbisik-bisik, Syainan tiba-tiba berseru girang sambil melompat-lompat melihat ketiga sahabatnya berlari menghampiri. Saat mereka berbicara dengan senang, tiba-tiba tampak Areza berdiri jauh dari mereka, tiba-tiba Areza berteriak "He-Zaira, Laura, dan Syifa! Ngapain kalian disana! Jangan dekat-dekat pencuri dompet itu!" teriaknya, Syainan terdiam dan mengajak teman-temannya untuk mencari tempat lain untuk mengobrol sambil menunggu bel waktu masuk kekelas.

Saat Pak Steve menjelaskan ini dan itu, Syainan melamun sambil bermain-main dengan pensil, kemudian Pak Steve memberi kertas berisi pelajaran yang barusan dijelaskannya, Syainan mengerjakannya dengan murung beberapa kali dia kena tegur karena melamun terus, Zaira yang mejanya disamping Syainan hanya diam saja. 

Kriing, bel berbunyi tanda istirahat, Zaira mendekati Syainan dan berbicara dengannya dengan bahasa english agar si Areza yang masih duduk disamping mereka tidak mengerti, kata Laura pernah Laura mengajak Areza berbicara bahasa inggris tapi Areza tidak bisa menjawab, "Syai, are you want to eat in canteen?" tanyanya, Areza yang duduk disamping Syainan tampak kebingungan, "No. I'll eat ini here, in class" jawab Syainan yang ikut menjawab dengan bahasa english, "We're canniothing huh? You just stay here, and don't steal the wallet anymore" kata Laura pura-pura mengancam, "No, I didn't" seru Syainan, Areza yang duduk disampingnya cemberut dan mengajak teman Syainan kekantin, "Sudahlah, biarkan saja si pencopet itu disini!" kata Areza tenang, "No, I doesn't steal your wallet! You just slander me!" seru Syainan menantang, "Maksudnya apaan sih?" tanya Areza sambil mengeluarkan dompet dari tasnya.

Zaira, Laura, dan Syifa menghibur Syainan, "Jangan-jangan si Areza ngelapor kalau aku mencuri dompetnya ke kepala sekolah!" bisik Syainan, "Mungkin..." kata Laura lirih, tiba-tiba bel berbunyi tanda waktu istirahat berakhir, Pak Steve datang diiringi Areza yang menatap Syainan dari jauh, Syainan sudah agak tenang karena dia sudah yakin tidak melakukan itu, tiba-tiba Pak Steve menegur Syainan,  "Syai, kata Areza kamu mencuri dompet Areza ya?" tanyanya, Zaira mengangkat tangan tanda mau bicara "Bukan, Pak! Saya yakin, si Areza cuma mefitnah, Pak!" katanya, Areza yang berdiri disamping Pak Steve ikut campur "Saya nggak mefitnah, Pak! Buktinya dompet saya ketemu ditas Syainan!" ucapnya tenang, "Pak, si Reza hanya mefitnah, Pak! Jangan percaya sama dia!" tambah Laura yang membuat Areza marah, "Kamu tidak usah ikut campur, Lau!" serunya marah.

Yang membela Syainan hanya ketiga temannya yaitu, Zaira, Laura, dan Syifa, sedang murid lainnya membela Areza, akhirnya berdepatan itu diakhiri oleh Pak Steve, lalu Pak Steve memulai pelajaran lagi sekarang belajar bahasa inggris, Areza bingung saat mengerjakannya, sedang Syainan dan ketiga teman-temannya biasa saja, sedang Syainan tampak lebih tenang.

Areza mengintip Syainan yang sedang mengerjakan soal-soal bahasa inggris itu, Syainan yang menyadari kalau Areza menyontek berbuat iseng, soal yang kelima sengaja disalahkannya agar Areza mengikutinya, dan benar! Areza mencontek, soal yang kelima yang soalnya berbunyi begini:

What does 'misspelled' mean?

a. spelled incorrectly, b. spelled before, c. spelled again

Syainan malah memberi tanda centang di huruf B, dan Areza mengikutinya sampai yang terakhir juga Syainan salahkan, Areza tak henti-hentinya mencontek,  

kemudian Areza berteriak girang "SELESAI, PAK!" serunya, Areza menatap Syainan dengan tatapan licik, Syainan menjawab dengan tatapan kearah Areza dengan tersenyum nakal, Syainan masih diam, saat Areza membawa kertas berisi soal-soal bahasa inggris, Syainan cepat-cepat menghapus semua yang salah dan menjawab dengan jawaban yang lain tetapi benar, saat Areza kembali ketempat duduknya, Syainan menghampiri Pak Steve dan memberi kertas soal tadi.

Saat kertas soal yang dikerjakan murid-murid dikelas 5A dibagi-bagi kembali untuk melihat nilainya, Areza tampak kesal karena ditipu oleh Syainan, banyak sekali yang salah dikertas yang dikerjakannya, sedang Syainan semuanya benar serta ketiga sahabatnya semuanya benar juga, "Kubalas kau" geram Areza.

Saat bel berdering, Areza berteriak memanggil Syainan, "SYAINAN! KAU DIPANGGIL KEPALA SEKOLAH!" serunya, Syainan kembali cemas, "Biarkan sajalah, yang penting kau tidak melakukannya, jangan kamu mengaku ya! Kamu kan gak mencuri dompet!" hibur Laura. Syainan, Areza,  berjalan keruangan kepala sekolah, saat mereka sampai, mereka dipersilahkan untuk duduk didepan kepala sekolah.

"Syainan, kamu jangan bohong kalau kamu gak mencuri dompet, Reza" tegur kepala sekolah kepada Syainan, "Saya tidak bohong kok! Si Areza hanya mefitnah , Bu!" kata Syainan "Enak saja!" Areza melotot memandang Syainan. 

Syainan melirik Areza yang tenang-tenang saja, "Kan bisa cek di CCTV, Bu!" kata Syainan, tadi Syainan tiba-tiba mendapat ide untuk mengecek di CCTV, Areza menelan ludah, "Buk--bukannya sudah terbukti kalau itu salah Syainan, Bu?" tanya Areza gugup, "Kok khawatir sih?" selidik Syainan, "Ehmm, bisa aja kita c---" kata-kata kepala sekolah dipotong oleh Areza yang membuat Syainan tertegun, "Maaf, Syainan, aku hanya berbohong tadi! Aku hanya sedih melihat kau punya sahabat seperti Zaira, Laura, dan Syifa, jadi aku mengambil dompetku dan kutaruh ditasmu" jelas Areza sambil menundukkan kepala, "Eh, beneran kamu yang lakuin?" tanya kepala sekolah tidak percaya, "Benar, Bu" jawab Areza, "Kenapa kamu melakukan itu?" tanya kepala sekolah pada Areza, "saya iri lihat si Syainan memiliki banyak teman, Bu" kata Areza.

Kepala sekolah menasehati Areza agar jangan mefitnah lagi, setelah agak setengah jam mereka diperbolehkan pulang. Saat Syainan dan Areza kembali ketaman, Laura, Zaira, dan Syifa terkejut melihat Syainan seperti sedang berbicara dengan riang diiringi Areza yang ikut berbicara, saat Areza melihat ketiga sahabat Syainan, Areza meminta maaf karena membuat ketiga sahabat Syainan itu marah, Zaira menepuk punggung Areza sambil bermain-main, "Ah, sudahlah! Aku kembali senang, lumayan dapat sahabat baru lagi!" celetuk Zaira, "Asyeek, baikan lagi nih, he-Syainan jangan sampai malah lupa sama kami!" tambah Syifa sambil tertawa, "Iye nih, lain kali jangan mefitnah, Reza, nanti kamu tidak banyak teman lho!" kata Laura. 

Hari demi hari, Syainan, Laura, Syifa, dan Zaira semakin akrab dengan Areza, dan akhirnya mereka bersahabat, kadang Areza diajari Syainan belajar bahasa english, kadang juga Areza diajari Laura belajar matimatika, diajar Syifa dan Zaira belajar pelajaran yang lain seperti melukis, menggambar, membuat cerita, dan juga kadang Syainan dengan senang hati, mengajar Areza membaca Al-Qur'an, hingga sekarang si Areza berhasil menghafal empat juz Al-Qur'an.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Master Tennis